Mataram, PENANEWS NTB - Legislator Senayan asal Nusa Tenggara Barat (NTB) yang duduk di Komisi IV DPR RI Johan Rosihan, memberikan catatan dan masukan terkait pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG). Program ini menjadi salah satu inisiatif pemerintah dalam meningkatkan kualitas gizi masyarakat.
Meskipun program ini memiliki tujuan yang sangat baik, Johan menyoroti pentingnya memastikan keberlanjutan program melalui penguatan sektor pangan lokal dan kemandirian pangan nasional.
"Program makan bergizi gratis adalah langkah yang sangat positif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama kelompok rentan. Namun, kita tidak boleh hanya fokus pada pelaksanaan jangka pendek. Program ini harus menjadi motor penggerak untuk memperkuat produksi pangan lokal dan mencapai swasembada pangan secara bertahap," ujar Johan, Selasa (7/1/2025).
1. Prihatin MBG masih bergantung bahan pangan impor
Johan mengungkapkan keprihatinannya atas keputusan pemerintah yang masih bergantung pada impor bahan pangan, termasuk impor 200 ribu sapi dari Brasil untuk mendukung program MBG. Menurutnya, ketergantungan pada impor bahan pangan memiliki sejumlah dampak negatif.
Dampak yang dimaksud antara lain tekanan pada anggaran negara. Menurut Johan, fluktuasi harga global dapat membebani anggaran, apalagi jika nilai tukar rupiah melemah. Kemudian risiko pasokan global, yaitu gangguan rantai pasok internasional, seperti krisis pangan atau kebijakan pembatasan ekspor dari negara lain, dapat mengancam keberlanjutan program.
"Ketergantungan pada impor adalah solusi instan yang tidak berkelanjutan. Kita harus menjadikan program ini sebagai pendorong untuk memperkuat ketahanan pangan lokal dan mengurangi ketergantungan pada bahan pangan impor," tegas Johan.